Tubuhmu yang terbungkuk, tersandar lemah di kursi kayu tua Jemari kurus terkulai menggenggam pena engkau goreskan sajak Sisa rambutmu perak, tinggal segenggam Terbaca pahit, kerasnya perjalanan Nampaknya ingin kautumpahkan seluruhnya di dalam puisi Dari alis matamu terbentuk garis guratan kokoh jiwa Angin yang deras menghempas tak kau hiraukan batinmu kuat bertahan Meskipun raga semakin rapuh tak pernah risau, selalu tersimpul senyum Sepantasnyalah kujadikan suri teladan, potret perjuangan Oh, oh, oh, ibu, ada yang ingin kutanyakan padamu Hasil panenan kemarau ini sesubur panen yang kita petik bersama
Oh, oh, oh, ibu, apa kabar sawah kita sepetak? Masih bisakah kita tanami? atau terendam ditelan zaman? Setelah cucumu lahir aku lebih faham betapa beratnya membesarkan dan setia melindungi semua anak-anakmu Kita yang s'lalu hidup sederhana kau sanggup mengasuh hingga kami dewasa Dengarkanlah nyanyian yang aku peruntukkan buatmu, ibu Oh, oh, oh, ibu, ada yang ingin kutanyakan padamu Hasil panenan kemarau ini sesubur panen yang kita petik bersama Oh, oh, oh, ibu, apa kabar sawah kita sepetak? Masih bisakah kita tanami? atau terendam ditelan zaman?